hari jadi
Opini

Sinjai Kota Ikan


  Rabu, 20 Mei 2015 8:51 am

– (Refleksi HUT ke-451 Kab. Sinjai, Tgl 27 Februari 2015)

Oleh: Zainal Abidin Ridwan

“Bukan sanjungan semata. Kritik solutif juga adalah energi untuk membangun”. Ungkapan itu dibutuhkan Kabupaten Sinjai dalam menapaki usianya yang ke-451 tahun, hari ini, Tgl 27 Februari 2015. Usia yang sudah sangat matang.

Kematangan usia tentu harus dibarengi akselerasi pembangunan yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Kondisi faktual menunjukkan bahwa hasil pembangunan dari periode ke periode kepemimpinan Bupati di Sinjai menunjukkan hasil yang signifikan. Ada pula ciri khas yang ditonjolkan dari masing-masing Bupati saat memimpin kabupaten yang berada di ujung Pantai Timur Provinsi Sulawesi Selatan ini. Pada periode kepemimpinan Bupati Andi Abdul Latief (1960-1963), Andi Azikin (1963-1967), H.M.Nur Tahir (1967-1971), serta H.A. Bintang (1971-1983), boleh dikata adalah masa dimana peletakan dasar-dasar pembangunan Kabupaten Sinjai dilakukan. Mereka pun berhasil melakukannya dengan baik. Begitupula di era pemerintahan H. A. Arifuddin Mattotorang (1983-1993), dimana pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur mulai terlihat.

Ketika dipimpin Bupati H.M. Roem (1993-2003), Kabupaten berpenduduk sekira 230 ribu jiwa ini mulai dikenal luas. Motto “Bersatu” atau akronim: Bersih, Elok, Rapi, Sehat, Aman, Tekun dan Unggul, bahkan lahir pada masa pemerintahannya. Sebagai perwujudan dari motto tersebut, akselerasi pembangunan diberbagai sektor mulai dipacu. Di sektor perkebunan misalnya. Sinjai pada masa itu terkenal dengan produk markisanya yang tersebar di beberapa Desa di Kecamatan Sinjai Barat. Bahkan Sinjai menjadi produsen utama sirup markisa di Sulawesi Selatan.

Kondisi topografi Kecamatan Sinjai Barat yang berada di daerah pegunungan atau kaki Gunung Bawakaraeng, dimanfaatkan betul potensinya oleh putra asli Sinjai ini. Pengembangan Sapi perah di Desa Gunung Perak pun digagas. Alhasil, sektor peternakan Sapi perah mampu mengukuhkan Sinjai sebagai daerah produsen utama susu pasteurisasi yang terkenal dengan nama Susin alias Susu Sinjai.

Dua periode kepemimpinan H.M. Roem yang kini Ketua DPRD Sulawesi Selatan, betul-betul digunakan untuk memoles Sinjai. Bukan hanya di wilayah dataran tinggi seperti Sinjai Barat dan Sinjai Borong, di wilayah pesisir pun dilakukan. Sinjai saat ini boleh bangga karena memiliki pelabuhan Larea-rea, di Kelurahan Lappa, Kecamatan Sinjai Utara. Selain diharapkan berfungsi sebagai Pelabuhan penyeberangan dari Sinjai ke Sulawesi Tenggara, pelabuhan ini juga dibangun agar terjadi peningkatan arus transaksi barang dan jasa yang akan berdampak pada meningkatnya taraf ekonomi masyarakat Sinjai.

Lanjutkan Yang Baik, perbaiki yang masih kurang. Prinsip ini tampaknya dianut Bupati Sinjai periode 2003-2013, Andi Rudiyanto Asapa. Sapi perah di Sinjai Barat yang awalnya hanya menghasilkan susu pasteurisasi atau Susin mulai ditingkatkan produksinya. Alhasil sebuah terobosan dilakukan dengan membuat produk es cream yang berbahan baku Susin. Label es cream tersebut diberi nama Sanshu. Kemudian sedimentasi yang terjadi di areal pelabuhan Larea-rea dan kerap dikeluhkan sebagian besar pemilik kapal, mampu dijawab oleh Bupati Andi Rudiyanto Asapa. Panjang jalan dan lebar dermaga ditambah dengan bekerjasama Dinas Perhubungan atau Syahbandar setempat.

Tidak hanya Pelabuhan Larea-rea. Untuk meningkatkan daya dukung di sektor perikanan dan kelautan, maka pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur di kawasan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Lappa pada masa kepemimpinan mantan ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar mulai dipercepat. Diawali pembuatan akses jalan dari pelabuhan penyeberangan cappa ujung ke PPI Lappa, hingga penambahan luas dermaga pendaratan dan bongkar muat ikan. Kini kawasan PPI Lappa semakin representatif dan ramah untuk pemilik kapal yang melakukan aktivitas di tempat ini.

Kota Ikan
Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Lappa saat ini telah menjelma menjadi kawasan pendaratan, dan jual beli hasil tangkapan nelayan yang paling ramai di Sulawesi Selatan. Kapal-kapal nelayan dari luar daerah seperti Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Selayar, Takalar, maupun Bone melakukan aktivitas di tempat ini. Mereka nyaman membongkar hasil tangkapan di PPI Lappa karena ombak yang tenang di sekitar perairan Sinjai, fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, serta regulasi yang ramah nelayan.

Saking dikenalnya PPI Lappa sebagai daerah yang tak pernah tidur alias selalu padat aktivitas, maka selayaknya Sinjai melalui kebijakan pemerintah daerah saat ini mendeklarasikan diri sebagai Kota Ikan. Ada berbagai alasan kenapa mesti kota Ikan. Pertama, arah kebijakan umum pembangunan Sinjai dari tahun ke tahun selalu memasukkan sektor perikanan dan kelautan dalam skala prioritas. Kedua, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sinjai yang terbesar berasal dari retribusi PPI Lappa, serta Ketiga, dukungan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.

Melanjutkan pendahulunya, maka terobosan yang dilakukan diawal pemerintahan Bupati-Wakil Bupati Sinjai saat ini, H. Sabirin Yahya-H.A. Fajar Yanwar patut diacungi jempol. Misalnya dengan mendirikan kantor perizinan satu pintu untuk nelayan di areal PPI Lappa. Hal ini memudahkan pemilik kapal mengurus surat-surat yang mereka butuhkan, seperti Surat Laik Operasi (SLO). Mereka tidak perlu lagi mendatangi instansi teknis yang kadang memakan waktu lama. Begitupula dengan program bantuan perahu bagi nelayan yang direspon baik oleh masyarakat Sinjai. Semua program ini merupakan implementasi visi Sinjai: terwujudnya Sinjai bersatu yang sejahtera, unggul dalam kualitas hidup, terdepan dalam pelayanan publik.

Kendati arah kebijakan umum pembangunan Sinjai selalu menitikberatkan pada sektor perikanan dan kelautan, namun pencitraan terhadap ikon yang ada tetaplah dibutuhkan. Pencitraan ini bukan dibuat-buat karena memang potensinya ada. Dengan menetapkan Kabupaten Sinjai sebagai Kota Ikan, maka secara tidak langsung akan meningkatkan daya dukung pada sektor potensial ini. Bukan tidak mungkin investor akan berinvestasi di PPI Lappa. Investasi tentu akan meringankan beban anggaran daerah yang selama ini juga banyak tersedot dalam membangun PPI Lappa.

Dengan Kota Ikan, maka potensi berdirinya industri perikanan akan semakin terbuka. Industri ini dibutuhkan sebab selama ini pengusaha ikan di Sinjai hanya menjual ikannya dalam bentuk basah atau mentah. Andai industri pengolahan seperti industri abon ikan, keripik ikan, atau bakso ikan dalam skala besar berdiri di Sinjai, maka dipastikan pendapatan masyarakat khususnya nelayan akan bertambah. Daya serap tenaga kerja pun bisa meningkat dengan keberadaan industri yang dimaksud. Sinjai Kota Ikan, sebuah keniscayaan. Selamat Hari Sinjai. Tea Temmakkua, Fada Idi’pa Najaji. (*)

caleg

Berita Pilihan

Makassar Satu Kabar Muna Satu Kabar Satu Kabar
To Top