hari jadi
Ragam

TMMD Mengubah Rakit Menjadi Jembatan


  Kamis, 8 Agustus 2019 9:56 am

Pati Ahli Kasad, Brigjen TNI Oloan Pariluan Sianturi, saat menggunting pita sebagai simbol peresmian jembatan gantung di lokasi TMMD ke-105 di Desa Tompobulu, Kabupaten Sinjai. (foto: ZAR/sinjaiinfo)

Semua akan indah pada waktunya. Namun indah akan datang jika disertai usaha dan doa. Ungkapan ini tepat untuk menggambarkan betapa indahnya panorama alam Desa Tompobulu Kabupaten Sinjai, dan Desa Bana Kabupaten Bone jika berdiri di atas jembatan gantung yang menghubungkan kedua desa tersebut. Jembatan yang dibangun berkat usaha keras dan doa dari warga yang mendambanya.

Laporan: Zainal Abidin Ridwan

Langit sedang cerah di Dusun Balle, Desa Tompobulu, Kecamatan Bulupoddo, Kabupaten Sinjai. Puluhan warga dusun tersebut menyemut di bibir Sungai Tangka, hanya semeter dari tiang pancang jembatan gantung. Dari tiang yang satu ke tiang lainnya sudah terikat dengan pita berwarna warni yang menunggu untuk digunting.

Di seberang sungai, tepatnya di Desa Bana, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, asap membubung tinggi. Aroma ikan bakar dan Lemang (penganan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu) tercium di Dusun Balle dan mengundang selera makan. Warga seberang ternyata menyiapkan jamuan untuk merayakan peresmian jembatan gantung.

Warga Dusun Bana Tengnga, Desa Bana, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, merayakan peresmian jembatan gantung dengan membakar ikan dan memasak penganan khas warga setempat. Penganan ini dimasak di depan jembatan yang selama ini mereka rindukan. (foto: ZAR/sinjaiinfo)

Bagi Rahim, 64 tahun, keberadaan jembatan gantung yang tembus ke Desa Bana adalah anugerah terbesar dari tuhan melalui tangan-tangan kekar TNI dan relawan berbaju merah, sebutan Rahim untuk personel Vertical Rescue Indonesia yang bekerjasama dengan TNI membangun jembatan tersebut.

Rahim adalah mantan Kepala Dusun Bana Tengnga, Desa Bana. Saat menjadi kepala dusun ia sempat mengusulkan ke pemerintah agar dibangun jembatan ke Dusun Balle. Alasannya saat itu, untuk memudahkan warganya menjual hasil bumi dan berbelanja kebutuhan pokok di Kabupaten Sinjai karena jaraknya sangat dekat. Hanya saja keinginannya saat itu belum terealisasi hingga ia pensiun dari jabatan kepala dusun.

“Tapi hari ini, alhamdulillah jembatan yang kami dambakan bisa terwujud. Dapat dibayangkan jika tidak ada jembatan. Untuk ke Sinjai kami harus melewati jalur Pambusureng dan poros Palattae Bone, dan butuh tiga jam untuk sampai ke Sinjai. Tapi sekarang setelah ada jembatan gantung, paling-paling hanya satu jam kita sudah sampai di kota Sinjai,” ucap Rahim.

Sebelum ada jembatan, warga Desa Bana menggunakan rakit untuk menyeberangi sungai. Hanya saja cara ini berisiko. Arus sungai sulit untuk ditebak, terlebih saat musim hujan. Faktanya, dua warga Dusun Bana pernah hanyut dan meninggal dunia ketika menyeberangi sungai dengan rakit.

“Dalam tiga tahun terakhir ini ada dua warga kami yang hanyut dan meninggal dunia saat menyeberang menggunakan rakit. Dengan adanya jembatan ini maka warga tidak perlu lagi berenang dan menggunakan rakit untuk menyeberang ke Dusun Balle. Untuk berbelanja di Sinjai juga semakin dekat. Tentu ini membuka akses perekonomian warga kami dan warga seberang,” ungkap Kepala Desa Bana, Ishak.

Tampak personil TNI saat berjalan di jembatan gantung yang menghubungkan Desa Tompobulu dan Desa Bana. Sebelum ada jembatan ini warga kedua desa hanya menggunakan rakit. (foto: ZAR/sinjaiinfo)

Sebagai aparat pemerintah setempat dan secara pribadi ia berterima kasih kepada TNI dan semua pihak yang merealisasikan pembangunan jembatan. “Saking inginnya menggunakan jembatan ini, saya mengajak warga kami untuk bergiliran membantu TNI dan relawan menyelesaikan pekerjaan. Ibu-ibu juga ditugaskan membawa makanan dan minuman. Bahkan papan pijakan untuk jembatan, 80 persennya kami yang siapkan,” tuturnya dengan ekspresi gembira.

Senada dengan Kepala Desa Bana, warga Dusun Balle, Muhlis, menyambut gembira keberadaan jembatan gantung yang dibangun di lokasi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-105. Ia yakin kesejahteraan warga di kedua dusun yang bertetangga ini akan meningkat, seiring dengan mudahnya akses transportasi yang menghubungkan Desa Tompobulu dan Desa Bana.

Lokasi TMMD ke-105 di Dusun Balle, Desa Tompobulu, cukup ekstrem. Tampak di sebelah kanan adalah Sungai Tangka. Semua sasaran utama dan tambahan pada TMMD ke-105 mampu dituntaskan sebelum penutupan TMMD pada 8 Agustus 2019.  Foto udara direkam menggunakan Drone. (foto: wawan)

Pembangunan jembatan gantung adalah sasaran tambahan dari program TMMD ke-105 di Desa Tompobulu, Kecamatan Bulupoddo, Kabupaten Sinjai. Panjang jembatan 75 meter, dengan lebar kurang lebih 1,2 meter. Sementara untuk sasaran utama TMMD adalah perintisan jalan sepanjang 3,8 kilometer dan lebar enam meter, pemasangan gorong-gorong di tiga titik, penyerahan bantuan sosial, pemeriksaan kesehatan, hingga penyuluhan. Semua kegiatan ini bermuara pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-105 di Desa Tompobulu yang dimulai sejak 10 Juli 2019 berakhir pada Kamis, 8 Agustus 2019. TMMD ditutup secara resmi oleh Pati Ahli KASAD, Brigjen TNI Oloan Pariluan Sianturi. Jenderal bintang satu ini juga menggunting pita sebagai simbol peresmian jembatan gantung di Dusun Balle. Jembatan yang dibangun berkat usaha keras dan doa dari warga yang mendambanya. (*)

caleg

Berita Pilihan

Makassar Satu Kabar Muna Satu Kabar Satu Kabar
To Top